1. Harry Roesli
![]() |
Harry Roesli |
Profesor psikologi ini bukanlah musisi biasa. Dia melahirkan fenomena budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif, dan konsisten memancarkan kritik sosial. Dia mampu secara kreatif melahirkan dan menyajikan kesenian secara komunikatif. Karya-karyanya konsisten memunculkan kritik sosial secara lugas dalam watak musik teater lenong.
Beberapa karya musiknya yang terkenal di antaranya : “Musik Rumah Sakit” ( 1979 dan 1980 di Jakarta), “Parenthese”, “Musik Sikat Gigi” (1982 di Jakarta), Opera Ikan Asin, dan Opera Kecoa.
Harry
Roesli bukan musisi biasa. Kehidupan yang sesungguhnya baginya adalah
seni musik. Kehidupannya adalah kegiatan musik. Alat yang digunakan
untuk musik kontemporernya yakni perkusi, band, rekaman musik, dan lain-lain.
2. Slamet Abdul Sjukur
![]() |
Slamet |
Slamet berpendapat kalau ada penonton yang bingung
mendengarkan musik kontemperer , ya lumrah saja. Hal ini disebabkan
oleh jarak tafsir antara pemusik dengan penonton yang ada. Slamet
mengaitkan karya musik kontemporer dengan zaman sekarang.
Salah satu ciri khasnya yaitu adanya sifat mendrobrak. Tetapi saat berbicara mengenai perlunya suatu pembaruan, Slamet tidak terbatas pada permasalahan sosial atau politik. Di dalam musik itu sendiri banyak hal-hal yang perlu dikembangkan. Misalnya yang mempunyai suara uwek-uwek, yang belum pernah ada sebelumnya dalam dunia musik. Hal seperti itu tentu merupakan tanda kreatifitas yang bisa mengembangkan seni musik itu sendiri. Dalam pertunjukannya, ada pula tari yang ditampilkan sendirian dan musik yang ditampilkan sendirian.
3. Djaduk Ferianto
Djaduk Ferianto memadukan antara elemen musik tradisional dan modern.
Dalam karya musiknya, alat musik yang digunakan sudah sering kita
lihat, hanya saja perpaduan yang belum pernah ada sebelumnya. Misalnya
kendang dipadu dengan flute. Djaduk banyak bereksperimen bersama grup musiknya yang berbasis di Yogya, Sinten Remen.
4. I Nyoman Winda
Musik tradisional Bali selama ini didominasi alat-alat pukul (perkusi) sehingga karakteristik musiknya cendrung keras,
bersemangat dan lincah. Inilah yang sering dianggap sebagai ciri khas
musik Bali. I Nyoman Winda Mengarap musik kontemporer dengan komposisi
baru, yaitu simfoni bambu yang dipadu dengan musik vokal.
5. Al Suwardi
Gamelan Genta sudah lama dianggap ‘mati’ di Kerajaan Solo.
Suara yang indah itu, tampak tampaknya terus terngiang di telinga dan
menggugat pikiran dan perasaan Al Suwardi yang akhirnya bersusah payah
membuat peralatan gamelan genta baru, yang orientasi baru dan tangga nada baru pula. Swara Genta, begitulah judul yang akan menggema dari musik kontemporer Al Suwardi.
6. Royke (Media Perkusi)
Royke merupakan seorang musisi yang secara khusus mengeksplorasikan musik-musik kontemprorer Royke jauh dari nuansa futuristik. Dia menampilkan komposisi dengan kendang, kemudian drum akustik serta petikan gitar dengan komposisi yang terkesan klasikal.
Menurut Royke, musik itu sebenarnya tidak ada yang jelek.
Semua musik lahir dari pengolahan ide atau gagasan, apabila di
eksplorasi tidak akan habis, khususnya untuk mendapatkan bentuk baru dan
taste yang lain. Musik adalah suatu yang
universal khususnya untuk menyampaikan pesan dari pembuat musik kepada
masyarakat. Yang penting, bermusik haruslah kreatif, karena kreativitas adalah suatu awal yang tidak akan pernah terputus.
Royke mengungkapkan, kehadiran musik kontemporer bukan untuk menyaingi musik konvensional saat ini, melainkan lebih ditujukan pada balancing position.
7. Jomped
Musik kontemporer Jomped, secara khusus menampilkan komposisi musik dari proses kreatifitasnya, dan proses pencariannya dalam mengeksplorasi media komputer. Musik yang terkesan tidak lazim ini, lebih mengarah pada bentukan musik elektronis dengan perpaduan efek cahaya yang menimbulkan suasana futuristik.
Untuk menghidupkan musiknya, Jomped menambahkan beberapa perangkat software yang sacara khusus dibuat denagn menggabungkan berbagai elemen yang dianggap bisa menciptakan bunyi sesuai dengan keinginan.
Menurutnya,
musik komputer memang terkesan susah dicerna, tetapi sebenarnya di
dalam musik ini terkandung sebuah nilai rasa bunyi yang bisa dikatakan
berbeda. Musik ini memang terkesan meleneh, tapi kalau mau dirasakan, terdapat muatan rasa yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar